Friday 27 February 2015

Lamaran


Gagal Dilamar menjadi Menanti Dilamar *plak

Helo helooo..
Sudah sangat lama yah tentang janjiku membahas sekelumit tabir maksiat dan solusinya.

Terhitung entah berapa lama sejak postingan terakhir mengenai “Gagal Dilamar” dibuat hingga kini aku benar-benar masih dalam penantian. Sepertinya tidak pantas aku menulis solusi karena kesemuanya belum benar-benar memecahkan kegundahan ini. Hanya saja, masih dalam percobaan hingga nanti benar-benar terpecahkan (baca: NIKAH) :P

Yap, dalam sebuah hadist  Rasulullah bersabda: “… dan seorang lelaki akan diharamkan baginya rezeki kerana dosa yang dibuatnya.” (Riwayat at-Tirmizi)” . Dosa dapat menutup kebaikan-kebaikan yang akan datang. Ya itu rezeki yang termasuk di dalamnya soal jodoh. Mungkin saja Allah menahan jodoh kita sebab dosa dan sebut saja maksiat menghalangi jalan kita untuk bertemu dengan penyempurna separuh agama kita. Bisa saja …

Sepertinya pembahasan ini belum seharusnya aku teruskan. Nanti, aku teruskan lagi kalau benar-benar aku terapkan. Tentunya insya Allah aku kabarkan di blog ini juga bagaimana kisah rezeki yang satu itu ^^, Ma’assalamah!

Tuesday 18 November 2014

Lamaran

Gagal Dilamar, Haruskah Berdiam?

Pada umumnya menikah menjadi impian setiap perempuan ya. Memimpikan sosok laki-laki yang mampu membimbingnya ke jannah-Nya. Membangun cinta bersama dimulai dari bingkai halal yang jelas disunnahkan teladan kita, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Salam. Tapi bagaimana jika keinginan itu muncul kepada seorang gadis ingusan berusia 18 tahun?

18 tahun kini masih dianggap ‘anak ingusan’ pada pandangan umat Islam Indonesia. Belum bisa mandiri, masih labil, suka main, galau, dst. Haruskah label seperti itu masih melekat dalam diri seorang muslimah? Seharusnya tidak ya saudariku…

18 tahun insya Allah sudah tergolong usia baligh. Pada perempuan dikatakan telah baligh bila mengalami menstruasi. Oke, saya sudah.. sudah mengalaminya sejak usia kurang lebih 12 tahun. Lumayan cepat tapi normal kan?

Qadarullah, seorang ikhwan menawarkan diri melamar seorang perempuan yang ingusan ini. Spontan system imun meningkat tajam. Banyak hal dipertimbangkan sehingga mencapai kesepakatan bahwa seorang yang ingusan ini membolehkan ia menghampiri wali. Tak dinyana keputusan itu meluncur di awal bangku perkuliahan. Biidznillah semoga tak salah langkah!

Setelah menunggu sekian bulan, eng ing eng rupanya tawaran itu bak proposal dana. Ya, menunggu kejelasan fix tidaknya aliran dana itu membuahkan harap dan cemas. *lah. Setelah klarifikasi dari pihak lawan, rupanya niat tersebut tidak bisa dilanjutkan dalam waktu dekat sebab restu orang tua yang tak kunjung turun. Alhamdulillah… dapat kepastian juga ^^

Merenung dan merenung, kejadian ini tak terlepas dari kesiapan kita yang memang belum mencapai titik optimal. Mungkin saja diri belum pantas menjadi istri terlebih menjadi ibu nantinya. Mungkin …
Mungkin aku kurang bertaqarrub dengan Allah…
Mungkin belum pol dekat dengan keluarga sehingga Allah menangguhkan waktuku dengan keluarga baruku nantinya…
Mungkin ilmuku mengarungi samudera rumah tangga belum memadai…
Mungkin bila aku menikah dalam waktu dekat ada amanah yang belum sempat ku tunaikan …
Mungkin ada maksiat yang menghalangiku menuju pernikahan…
Yap! Tabir kemaksiatan menghalangi rezeki kita kawan..

Nah….
Tabir kemaksiatan, apa itu?
Bagaimana mengatasinya?

Tunggu pada next another writing yeaah :) 

Tuesday 3 June 2014

don't ask to me to be a man!

Tolong Jangan Pinta Aku menjadi Laki-laki

Aku adalah seorang wanita. Memiliki fisik normal seperti layaknya wanita pada umumnya. Maka wajar bila aku harus bertingkah seperti wanita. Untuk alasan tertentu, aku harus seperti itu hingga akhir kehidupanku.
Wanita dan laki-laki telah jelas perbedaan yang ditetapkan Allah. Ia sama-sama manusia namun berbeda jenisnya. Dalam menjalankan fungsi kodratinya, wanita dan laki-laki hendaknya bergandengan sebab keseimbangan itu yang diidamkan. Aku adalah seorang muslimah. Tentu Allah memiliki aturan jelas tentang bagaimana aku harus berpakaian dan bertingkah laku. Sebab aku mendaftarkan diri sebagai orang yang beriman, maka ujian dari Allah berikan..
Satu, dua, tiga ujian dilewati…
Menjadi muslimah tak sesulit yang dibayangkan..
Tiga, empat, lima ujian berlalu….
Ternyata kendala itu datang dari orang terdekat. Siapa lagi kalau bukan manusia?

Hai dunia, Aku seorang akhwat yang jelas beda dengan ikhwan. Berarti sah saja bila aku berpakaian muslimah, dong? Dalam beberapa kondisi memang sedikit sulit bila kita bergamis dan berkerudung lebar nan panjang saat melakukan kegiatan sporty. Eh ternyata tidak juga setelah terbiasa. Bila jilbab yang kita kenakan benar, sesuai syariat insya Allah kesulitan itu sungguh tiada arti.
 Singkat cerita, aku gelisah dengan kondisi lingkunganku. Saat ada event pendakian kecil-kecilan, tentu aku lebih memilih bergamis daripada memaksa diri mengubah penampilan menjadi laki-laki. Heii.. namun apa yang terjadi? Beberapa kawan-kawanku menyayangkan pilihanku.
Kata mereka, “Nitaa.. kasihan lho gaunmu kotor nanti..”.
*pasang muka lele* “Eh waduh masalah buat lo? (galak :3)”

Don’t you remember? Dalam sebuah hadits shahih dari ibnu Abbas Radhiallaahu anhu dia berkata: ‘Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang berpenampilan seperti laki-laki (HR. Al-Bukhari).

Duhai saudaraku yang keren-keren, sudikah kiranya membantuku supaya tak dilaknat Rasulullah?
Mari bantu sesama saudara dengan menjaganya istiqomah berusaha meraih ridha-Nya^^

Bukankah kita saat ini dalam perlombaan mencari perhatian-Nya? Fastabiqul khairat ya!

Tuesday 4 February 2014

Hijrah

Langkah Hijrahku Menuju Jilbab Syar’i

Dear shalihat, alhamdulillah ya jumpa lagi pada hari-hari yang selalu Allah limpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.. insya Allah.

Dear, isu soal muslimah berjilbab adalah hal yang masih sering saya dengar di antara kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang hamba Allah. Mengapa begitu ya? Ya, saya juga sering membahasnya yo jelas masih terdengarlah. Hehe

Dear, semoga shalihat sekalian telah berjilbab yang sesuai tuntunan Allah ya. Aamiin..
Dear, saya ingin berbagi sedikit soal hijrah saya yang perlahan menuju jilbab syar’i. Begini ceritanya:
Saya adalah seorang pelajar muslimah yang dibiasakan berjilbab sejak saya duduk di bangku kelas 2 SD di SD Muhammadiyah 1 Denpasar. Kenapa? Iya, sebab saat kelas 1 di sekolah saya belum ada aturan soal berjilbab. Mungkin karena dianggap masih kecil jadi dibiarkan tidak berjilbab. Ckck.. *itu prasangka saya aja hehe* .  Alhamdulillah setelah itu saya berkerudung.  Jadi awal-awal pakai kerudung itu rok pendek, kemeja lengan pendek, plus kerudung. Culun iya banget XD . Naik ke kelas 3 SD perlahan saya beralih ke seragam panjang. Begitu terus sampai kelas 6 SD. Tapi yah karena belum paham jadilah pakai kerudung hanya saat sekolah dan mengaji.

Berlanjut ke SMP, saya melanjutkan ke SMP Muhammadiyah 1 Denpasar. Ternyata pakaiannya lebih panjang dari SD. Baju yang biasanya dimasukkan ke dalam rok, sekarang dikeluarkan. Bajunya besar dan lebar ditambah sehelai kerudung cukup lebar. Hingga kenaikan kelas 3 SMP saya terbiasa lepas pasang jilbab karena masih saja belum paham esensi jilbab.

Saat kelas 3 SMP saya mengikuti bimbel di Primagama Teuku Umar Denpasar bersama Archita.  Archita adalah teman sesekolah saya. Kami cukup dekat meskipun tak pernah sekelas. Alhamdulillah. Awal masuk kelas bimbel saya mengikuti Archita untuk memakai kerudung. Ya, saya hanya menemaninya. Itu saja. Selanjutnya hari kedua malah saya lepas kerudung saya. Perasaan tidak enak menyelimuti hingga pertemuan ketiga saya memakai kerudung lagi..hingga seterusnya. Perlahan-lahan saya mulai menyukai buku-buku keIslaman. Termasuk di antaranya soal berjilbab. Apa yang saya dapatkan lebih dari itu. Saya menjadi sadar bahwa berjilbab itu penting. Allah tegur saya lewat buku itu. *lupa judulnya =.=*
Alhamdulillah hasilnya saya berjilbab terus meskipun belum syar’i. Kerudung+celana panjang+baju panjang yang sering saya pakai. Kerudung masih pendek di atas dada yang awalnya sering ku pakai lama-kelamaan memanjang juga walaupun masih celaan kemana-mana.

Melanjutkan SMA semakin tak ingin melepaskan kerudung. Ingin negeri tapi kehendak dihadang keinginan ortu untuk tetap di Bali. Isu pelarangan jilbab sudah saya dengar sejak SMP dan memang terbukti di SMA. Astaghfirullah... cerita itu saya pisahkan dari cerita ini ya :’)
Saat kelas 1, semester pertama saya pasang lepas jilbab. Saat sekolah tidak pakai, selain itu saya pakai. Jilbab yang saya pakai masih sama seperti SMP. Hanya berbeda panjang kerudung dan bahan celana. Celana kain/celana jeans longgar.

Niat saya untuk mempelajari agama Islam semakin besar hingga mencari organisasi Islam. Alhamdulillah saya menemukannya. Pelajar Islam Indonesia daerah Denpasar. Ikut training PII menguatkan diri untuk semakin yakin bahwa berjilbab itu pentiiiing bingitz. Hehe
Saat Leadership Basic Training (Desember 2011), saya bawa rok milik mama dan lain2lah. Entah siapa yg beritahu saya untuk pakai rok, saya bawa aja.. ternyata memang bener saya sendiri yang pakai gamis *punya ibu kakak ipar saya pakai* dan rok2 lawas milik mama jadi contoh bagi peserta yang lain. Saat itu juga saya sudah memakai kaos kaki. Saya pun lagi2 lupa, siapa ya yangg nyuruh pakai begituan.. -.-

Selepas training, saya membiasakan diri kemana2 pakai rok atau gamis. Kadang berkaos kaki, kadang juga tidak. Sambil membaca, membiasakan, dan meniru kebiasaan teman-teman tumbuh semakin banyak kesadaran soal berjilbab syar’i. Meskipun di sekolah saya tidak berjilbab, di luar saya tetap memakai jilbab syar’i. Apapun itu saya hanya berkeinginan tidak melakukan pelanggaran lebih banyak lagi setelah cukup banyak di sekolah :(
Alhamdulillah bulan Januari 2014 tanggal 13 resmi mendapat izin berjilbab di sekolah :’)

Dear, berhijrah memang membutuhkan proses.
Pakai langsung jilbabmu, siap atau tidak, pendek atau panjang, biarkan raga dan jiwamu menikmatinya.

 Sembari berjilbab, insya Allah kau kan dapati atmosfer kenikmatan berjilbab. Perlahan... semesta alam kan bersama-sama ikut membantumu mencintai perintah-Nya.. yaitu berjilbab syar’i :’)

Denpasar, 4 Februari 2014 

@whardanitaa

Sunday 24 November 2013

Move ON

Lets Move On and Istiqomah
                Masa lalu begitu penting dipandang sebagian orang sebagai poin penilaian berkualitas tidak kehidupan seseorang. Masa lalu bisa jadi pengantar kesuksesan, namun bisa jadi pengantar jurang kehidupan. Bagaimana cara memandangnya hendaknya tak bulat sempurna sebab kita mengetahui bahwa masa lalu ya masa yang sudah lewat.
                Sekelumit perjalanan hidup dimulai dari yang manis sampai pahit insya Allah telah diberikan Allah kepada kita hambanya yang lemah untuk menguji kadar keimanan kita. Mungkinkah kita menyerah atau lulus menuju tingkat keimanan yang lebih tinggi? Jangan sekali-kali menyerah ya saudaraku!
Ujian Allah salah satunya adalah dimulai dari timbul niat hijrah atau bahasa gaulnya ‘move on’ dari masa lalu jahiliyah menuju kebaikan. Tak cukup niat move on maka perlu langkah ON. Jika sudah move on, saya mengucapkan selamat menempuh langkah hidup baru :)
Di tengah perjalanan move on kerap kali dijumpai kerikil penguji ke-istiqomah-an. Sifat dan perilaku masa lalu bisa saja menggeliat ingin muncul kembali ke kehidupan sekarang. Ini sangatlah mengganggu kelancaran perbaikan diri terlebih lagi apabila ditambah komentar sana-sini. Perasaan malu bermunculan. Hingga tak jarang ada yang kembali ke jalan yang salah.

Apa yang Harus Dilakukan?  
Saudaraku, sekali lagi selamat atas move on kita :’D
Hendaknya kita kembali tegak di jalan Islam. Biarlah yang telah terjadi, yang paling penting adalah kehidupan kini dan seterusnya tershibghah secara total dalam Islam. Tiada dosa yang tak terampunkan selain syirik yang belum ditaubati dan tiada cela yang tiada ditutup. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
“Katakanlah: Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa  dari rahmat Allah sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian tak dapat ditolong lagi.” (QS Az-Zumar:53-54)

Bila Dia Move On
Lalu bagaimana sikap kita bila mengetahui ada saudara kita yang move on?
Peran kita begitu penting mendukung kesuksesan move on mereka. Hargailah mereka yang berusaha berubah. Bantu mereka menemukan titik yang benar. Bila si fulan/-ah mulai timbul gejala salah arah, nah tugas kita untuk mengingatkan mereka. Bukan justru membahas masa lalunya dengan cara yang tidak ma’ruf.
 
Ingatlah!
Allah Maha Pengampun, maka jangan segan-segan untuk move on!
Allah Maha Penyayang, kita tenggelam dalam kasih sayangnya. Mari move on!
Innallaha ma’ana, sesungguhnya Allah bersama kita. Keep calm and strengthen your iman :)
Allah Maha Mengetahui, sedangkan manusia tidak mengetahui. Allah mengetahui kita sungguh ber-move on, komentar manusia? Jadikan pemicu semangat move on!


Tuesday 8 October 2013

Bigos Influence


Muslimah Bigos

Tahukah kamu kepanjangan dari bigos?
Bigos adalah kepanjangan dari biang gossip.
Muslimah biang gossip . Masa ada sih? Well, it happens. Rupanya kenyataan seperti ini bukan hanya menjalar kepada yang belum berjilbab namun juga wanita yang sudah berjilbab. Biasanya muslimah berjilbab lebih dewasa pemahaman Islamnya.
“Jeng, tas Miss A jelek ya..”
“Iya, dia kan dapat dari Miss B. Miss B ngasi kado gitu ke dia…”
“Oh gitu, harganya pasti murah ya jeng…”
“Iya jelas…”
Komentar senada pun pernah hinggap di kuping kita atau jangan-jangan dari lisan kita sendiri?
            Percaya deh, kita tetap bisa berhusnudzan kok kalau sekalipun memang tasnya kurang bagus. Anggapannya berpikir positif bahwa sang pemberi bersusah payah memberi tas itu kepada Miss A dan Miss B yang ikhlas memberi. Ditambah Miss A senang-senang aja kok dengan pemberiannya. Wah, hati kita jadi nyaman deh kalau berhusnudzan. Toh tidak ada ruginya kan kalau kita berhusnudzan? 
Termasuk bigos juga kalau kamu diamanahkan seseorang pada mu tapi ternyata kamu membocorkannya. *oh no*
            This is absolutely nyebelin. Bayangin deh perasaan kita yang udah milih banget dan hati-hati pas curhat masalah pribadi, eh tahu-tahu si sohib polosnya yang udah janji akan amanah, malah nyeplosin ke mana-mana, dan sebelum kita sadar, seantero sekolah udah tau rahasia tsb.
            Jangan ya. Jaga betul amanah yang diembankan orang untuk mu. Kecuali pada kasus-kasus di mana nyawa jadi taruhan (orang bilang ke kita mau bunuh diri, yang kayak gini memang harus dibocorin ke keluarganya atau yang berkepentingan sebelum terlambat, kasus yang ekstrim aja).
            Alangkah indahnya jikalau muslimah benar-benar  bisa dipercaya dan dihandalkan, hingga menjadi sandaran nyaman bagi orang sekitar. Modal dakwah salah satunya adalah kepercayaan. Simple but really influence for all objects.
^^ Tips & Tricks  :
·         Hati-hati, gossip berawal dari ungkapan simpati.
·         Jika kamu menanggapi dengan kalimat-kalimat thoyyibah: Masya Allah, innalillahi, astaghfirullah, pastikan berhenti pada kalimat itu, dan tidak berlanjut dengan menanggapi si pembawa gossip.
·         Hati-hati jangan sampai kamu malah ikut mempopulerkan aib orang!
·         Pegang teguh rahasia yang dititipkan orang pada mu.
·         Kalau kamu tergolong yang gampang ceplosan, jauhi ngumpul-ngumpul yang tidak bermanfaat.
·         Kenali sosok-sosok bigos di sekitar kita, identifikasi. Kalau mereka bisa dengan mudah menceritakan hal ihwal orang lain kepada kita, maka bagaimana kita bisa yakin dia gak akan melakukan hal yang sama terhadap kita?
·         Jangan pakai alasan ‘kan harus tabayyun’ kalau memang niatnya menjernihkan masalah. Tabayyun harus dilakukan ke orang yang bersangkutan langsung bukan melalui sejumlah orang lain. Bisa-bisa kamu malah yang mempopulerkan berita yang belum tentu benar. Sebab orang yang kamu Tanya, mungkin aja malah belum tahu menahu sama sekali.

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ
Artinya: Dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. (QS.al-Hujurat:12)
·         Jangan menyampaikan hal-hal yang bisa merusak hubungan dua pihak atau lebih, sekalipun kamu mendengar dari yang bersangkutan. Sebab bisa jadi kalimat itu disampaikan dalm keadaan capek dan emosi, yang akan segera berlalu. Lagian gak ada gunanya jadi muslimah pengaduan. Malah nambahin dosa, kan?
Intinya, sebagaimana kamu sebel digosipin, diadukan, dibocorin rahasianya, kamu juga harus komitmen untuk gak melalukan itu. Biar orang gak alergi dekat-dekat dengan mu. J
Referensi: “Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!” Penulis Asma Nadia